Peluang
Indonesia untuk menjadi produsen utama alat utama sistem persenjataan
(alutsista) di kawasan ASEAN, semakin terbuka. Pasalnya, produksi alutsista
yang dihasilkan industri pertahanan dalam negeri paling banyak diminati anggota
ASEAN.
Hal tersebut
dikatakan beberapa anggota Komisi I DPR, di antaranya Fayakhun Andriadi dan
Tantowi Yahya (Fraksi Partai Golkar), Teguh Juwarno (Fraksi Partai Amanat
Nasional/PAN), dan pengamat militer Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto
kepada Suara Karya di sela-sela pembukaan Pertemuan ke-5 Menteri Pertahanan
se-ASEAN (The 5th ASEAN Defence Minister Meeting/ADMM) di Jakarta Convention
Center, Jakarta, Kamis (19/5).
Untuk menjadi
negara pengekspor alutsista di kawasan ASEAN, maka Indonesia harus mampu
meyakinkan negara-negara anggota ASEAN tentang kualitas alutsista yang
diproduksi.
“Beberapa
negara di ASEAN telah membeli alutsista hasil produksii dalam negeri. Ini
membuktikan, bahwa produksi alutsista industri pertahanan dalam negeri cukup
diminati,” ujar Fayakhun Andriadi.
Secara
geopolitik, tutur Fayakhun, Indonesia punya peluang untuk menciptakan
kemandirian alutsista di negeri sendiri maupun di kawasan ASEAN. Indonesia
memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk membangun alutsista
militer. “Dasar itu menjadi modal untuk membawa ASEAN bersatu untuk membuat dan
memulai swasembada alustsista,” ujar Fayakhun Andriadi.
Hal senada
juga dinyatakan oleh Tantowi. Ia meyakini, Indonesia menjadi produsen utama
alutsista di kawasan ASEAN bukan keinginan yang tak bisa diwujudkan. Produksi
alutsista industri pertahanan dalam negeri masih lebih baik apabila
dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya. “Ini bukan imposible. Ini bisa kita
wujudkan karena negara ASEAN membutuhkan alutsista,” ujarnya.
Selama ini,
kata dia, negara-negara anggota ASEAN masih membeli alutsista produksi
negara-negara Eropa. Karena itu, Indonesia punya kesempatan untuk menjadi salah
satu produsen alutsista yang dilirik anggota ASEAN.
“Tidak
diragukan, jika industri pertahanan dalam negeri bisa bangkit dan mencapai
kemandirian, akan banyak manfaat yang didapat. Indonesia tidak hanya
mendapatkan pengakuan atas kekuatan pertahanan dalam konteks hubungan
internasional,” ujar Tantowi.
Efisiensi Biaya fayakhun andriadi
Secara
ekonomi, Teguh mengatakan, Indonesia akan mampu menumbuhkan industri di dalam
negeri. Dengan memproduksi sendiri alutsista, biaya yang dikeluarkan jauh lebih
efisien ketimbang membeli. Indonesia tidak akan lagi tergantung dengan pasokan
suku cadang alutsista dari negara produsen dan tidak perlu menghabiskan banyak
devisa untuk mengimpor alutsista dan suku cadangnya.
Apalagi
pengalaman yang selama ini terjadi, menurut dia, negara produsen alutsista
sering memberlakukan sistem yang merepotkan negara-negara pembeli. Terlebih,
jika negara pembeli terkena embargo.
“Karena itu,
memiliki industri pertahanan sendiri akan berdampak pada pemenuhan sistem
pertahanan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal daya saing di bidang
pertahanan, banyak pihak prihatin,” ujarnya.
Andi
Widjajanto menegaskan, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk bisa
menjadi salah satu negara produsen industri pertahanan paling utama di dunia.
“Selain karena pasarnya sudah besar, potensi bangkitnya industri pertahanan
lokal sebenarnya sudah tampak jauh-jauh hari. Hanya, terpaan krisis tahun 1998
mengharuskan industri pertahanan dalam negeri yang sedang dirintis langsung
kolaps,” ujarnya fayakhun bakamla
0 Response to "Fayakhun Andriadi: Indonesia Berpeluang Jadi Produsen Utama Alutsista ASEAN"
Posting Komentar